LSM TAMPERAK Sebut Oknum Pelayanan Rawat Jaga IGD RS Primaya Pasar Kemis Tidak Ber Etika dan Bersikap Arogan

    LSM TAMPERAK Sebut Oknum Pelayanan Rawat Jaga IGD RS Primaya Pasar Kemis Tidak Ber Etika dan Bersikap Arogan

    TANGERANG - Pentingnya Etika dalam sebuah Profesi Kesehatan dan Seringkali kita dengar kata “etika” dalam kehidupan keseharian kita. Apakah makna etika yang sebenarnya? Etika merupakan bagian dari filsafat yang sering dimaknai sebagai nilai. 

    Ada pula tokoh yang berpendapat bahwa etika adalah filsafat moral yang artinya adalah perilaku manusia yang ditekankan pada baik dan buruk, dengan kata lain, etika membahas tentang perilaku baik buruknya manusia yang dipahami oleh pikiran manusia. Etika berasal dari Bahasa yunani “ethos” yang artinya sifat, watak atau kebiasaan. 

    Ketika kita membahas mengenai etika, kita tidak bisa terlepas dari masalah moral dan hukum, karena ketiganya berhubungan erat dan saling mempengaruhi satu sama lain. Ketiganya memiliki tugas dan kewenangan untuk memanusiakan manusia.

    Etika merupakan komponen penting dalam kehidupan karena kita memilih untuk hidup di tengah masyarakat dan bersama orang lain. Hal ini serupa dengan pentingnya etika dalam sebuah profesi kesehatan. Profesi kesehatan merupakan profesi yang mulia yang tujuan utamanya adalah membantu dan menolong manusia lainnya. 

    Seorang Bidan, perawat, dokter dan tenaga kesehatan lainnya seharusnya memiliki etika yang baik dalam melayani pasien atau kliennya dalam pelayanan kesehatan. Tanpa etika yang baik, paramedis atau tenaga kesehatan tidak akan pernah bisa memberikan pelayanan prima ke pasien yang mana pelayanan prima akan menentukan mutu suatu pelayanan itu sendiri. 

    Tenaga kesehatan adalah profesi yang berhubungan dengan kesehatan sesorang atau bisa dikatakan berhubungan dengan nyawa seseorang, ketika kita seorang profesi kesehatan memberikan pelayanan dengan etika yang baik yang tentunya sesuai dengan SOP (standart operational prosedur)maka pelayanan kita bisa dikatakan sebagai pelayanan yang berkualitas. 

    Seperti seorang bidan yang menolong persalinan, seorang perawat yang memberikan pertolongan pertama kegawatdaruratan pada kecelakaan ataupun seorang dokter spesialis yang sedang melakukan operasi pada pasien. Semua tenaga tersebut melakukan tindakan hanya untuk menyelamatkan nyawa seseorang. 

    Tanpa etika yang baik, bisa saja semua tenaga tersebut melakukan tindakan semau mereka, tidak sesuai prosedur, tidak menjamin keselamatan pasien dan mungkin hanya demi mendapat materi atau imbalan, seperti yang kita tahu dan sering disampaikan masyarakat bahwa pelayanan kesehatan terkenal dengan biaya yang besar. Hingga muncul istilah yang sering viral “yang miskin tidak boleh sakit” ataupun “sehat itu mahal”.

    Sangat disayangkan salah satu oknum pelayanan dari perawat jaga IGD rumah sakit Primaya beretika tidak baik, bersikap arogan mengeluarkan kata kata tidak sepantasnya, saat Lembaga Swadaya Masyarakat Tameng Perjuangan Rakyat Anti Korupsi (LSM TAMPERAK) hendak melakukan konfirmasi dan klarifikasi terkait penanganan pasien laka lantas Atas laporan dari keluarga korban yang mengadukan permasalahan terkait penanganan pasien yang diduga lambat penangananya Karena pihak rumah sakit diduga meminta uang deposit sebesar kurang lebih 12.000.000 untuk melakukan tindakan operasi anaknya yang menjadi korban laka lantas tersebut, Rabu (6/7/2023).

    Ketua LSM TAMPERAK kabupaten Tangerang Ahmad Sudita, Mengatakan, " kami sangat mnyayangkan terhadap sikap arogansi dan tidak ber etika dari salah satu oknum pelayanan perawat IGD shif malam dari RS primaya, kita LSM TAMPERAK mndatangi RS primaya sipatnya ingin mengklarifikasi tentang adanya aduan warga Sindang Jaya kepada LSM TAMPERAK, terkait pasien yang diduga di tanganinya lamban, di saat kami tujuannya ingin klarifikasi salah satu oknum pelayanan perawat IGD menunjukan sikap yang tidak pantas di dengar beliau mnunjuk nunjuk dan berkata kotor kepada kami, karena mereka menduga kami telah memvidiokan mereka, sekali lagi kami LSM TAMPERAK sangat mnyangkan atas ke aroganan salah satu oknum pelayanan perawat IGD RS primaya.

    Sementara orang tua korban laka lantas Rahmat Mengungkapkan, " memang benar kejadiannya seperti itu pak, pada pertama anak saya dibawa kemari saya diminta jaminan sebesar kurang lebih 7 juta, dan disorenya kami baru ada uang 3 juta untuk DP, dan saya keluar lagi untuk berunding dengan penabrak anak saya, karna harus dipenuhi dulu yang 7 juta itu jadi kami rundingan untuk mencari yang sisa 4 jutanya karna pihak ADM meminta diselesikan DP nya agar segera bisa diambil tindakan oprasi, padahal saya sudah tanda tangan semua persetujuan sampai saya bilang, " Bu saya sujud Bu saya minta tolong tanggani tangani saja dulu, " ucapnya.

    Rahmat menambahkan, maksud saya sudah lah lakukan dulu tindakan oprasinya sambil kami dan keluarga bisa mencari untuk memenuhi kekurangan sisanya untuk melengkapi deposit yang 7 juta itu. 

    karna saya pusing harus bolak balik saya suruh sodara saya Meri untuk mengurus, karna saya sudah kepikiran anak saya terus ini harus gimana sementara tindakan operasi belum dilakukan karna harus ada uang Deposit itu, " katanya.

    Hal senada dikatakan Meri saudara dari orang tua korban laka lantas Mengatakan, " Permasalahanya adalah dari awal kan minta DP itu sudah dilakukan sebesar 3 juta nah pas ketika mau ada tindakan minta lagi 12 juta ini kan orang gak mampu sedangkan bosnya yang nabrak ini tanggung jawabnya masih setengah setengah karna mungkin mereka juga belum ada uang, gimana kebijakannya ini rumah sakit sedangkan anak ini dari pukul 11:30 WIB sampai magrib belum ada tindakan untuk segera di oprasi, " ujarnya.

    Yang dipermasalahkan keluarga ini kenapa sudah memberikan deposito 3 juta ko diminta deposito lagi sedangkan ini orang gak punya aku kan bilang ke mba kami ini pinjam Sono sini makanya saya bilang ada kebijakan gak dari pihak rumah sakit, "b tambahnya.

    Saat konfirmasi Eka Oktaviani. SOD Suvervisor IGD RS Primaya mengatakan, " saya jelaskan dulu, yang bapak harus tahu kalau yang namanya tindakan operasi itu sesuai dengan edvas dari dokter spesialis itu sendiri yang menentukan dan biasanya dokter jaga kami yang ada di IGD itu akan melaporkan kondisi pasien setelah ada penunjang hasil pemeriksaan yang lengkap jadi ketika pasien datang kita tidak langsung lakukan oprasi ada alur dan tahapan tahapan nya, jadi sebelumnya pasien ketika sampai disini kita langsung ambil tindakan, " ujarnya.

    Sementara Tiyara Indrani Putri staf administrasi mengatakan, betul pertama saya bilang ke orang tua korban ini biayanya sekitar 11. 590.000, terus saya bilang bapak kira kira ada uangnya berapa, untuk uang depositnya, ini untuk persetujuan oprasinya dan saya juga sudah menjelaskan terkait untuk kepengurusan jasaraharjanya.

    Tapi dari pihak bapak dan si penabrak itu keluar lagi untuk rundingan lagi itu cukup lama sampai saya panggil lagi pak ini mau bagaimana, " ucapnya.

    Nah sekitar sudah agak malam antara bapak ngomong 4 juta, saya bilang pak saya konfirmasi dulu ya dengan pihak management, itu gak lama pak makanya pasienya saya proses sebelum itu bapak gak ada konfirmasi kesaya, " ujarnya. (Hadi/Red)

    tangerang
    Suhendi

    Suhendi

    Artikel Sebelumnya

    Konsumen FIF Keluhkan Pelayanan Tolak Angsuran...

    Artikel Berikutnya

    Sengketa Tanah di Selembaran Jaya Menemui...

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Polri TV: Transparan - Informatif - Terpercaya
    Dansat Brimob Polda Banten Ikuti Rapat Persiapan Pengamanan Peringatan Kenaikan Isa Al-Masih
    Tony Rosyid: Ikut Pilgub Jakarta, Anies Disambut Antusias Para Pendukungnya
    Bakamla RI Persiapkan Patroli Terkoordinasi "Operasi Gannet-8"
    Agar Berjalan Dengan Lancar Dan Tertib, Babinsa Koramil 1710-02/Timika Pantau Dan Monitoring Kegiatan Pasar Murah

    Ikuti Kami